HUBUNGAN AWAM DAN HIERARKI SEBAGAI PATNER KERJA


  1. ARTI & PENGERTIAN TENTANG AWAM.
Yang dimaksud dengan kaum awam adalah semua orang beriman kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam gereja (Lumen Gentium, art. 31).
Defenisi awam dalam praktek dan dalam dokumen-dokumen resmi gereja ada dua macam, yaitu:
a.       Defenisi Teologis.
Awam adalah warga gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, awam meliputi biarawan seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci.
b.      Defenisi Tipologis.
Awam adalah warga gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan/biarawati. Maka dari itu, awam tidak mencakup para bruder dan suster.

  1. PERANAN AWAM.
Pada zaman ini orang sering berbicara tentang tugas atau kerasulan internal dan eksternal.
Kerasulan internal atau kerasulan ”di dalam gereja” adalah kerasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran hierarki, walaupun awam dituntut pula untuk mengambil bagian didalamnya.
Kerasulan eksternal atau kerasulan dalam “tata dunia” lebih diperani oleh para awam.  Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.
a.       Kerasulan dalam Tata Dunia (Eksternal).
Berdasarkan panggilan khasnya, awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah agar sambil menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat injil, mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi (Lumen Gentium, art. 31).
Kaum awam dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat injil ke dalam Tata Dunia sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberi kesaksian tentang kristus dan melayani keselamatan manusia. Dengan kata lain, Tata Dunia adalah medan bakti khas kaum awam.
Sampai sekarang ini, masih banyak diantara kita yang melihat kerasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan kerasulan. Mereka menyangka bahwa kerasulan hanya berurusan dengan hal-hal yang rohani, sakral, kudus, serba keagamaan, dan yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam lingkup gereja.
Dengan paham gereja sebagai “Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia” yang dimunculkan oleh Gadium et Spes, di mana otonomi dunia yang bersifat saklar diakui, maka dunia dan lingkungannya mulai diterima sebagai bagian dari keberadaan dan kegiatan gereja, bahkan sebagi patner kerja yang dapat saling melengkapi. Orang mulai menyadari bahwa menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasarkan alasan kewargaan dalam masyarakat atau Negara saja, tetapi juga karena adanya dorongan iman dan tugas kerasulan kita, asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan, tetapi sekaligus juga menghubungkan kita dengan sesama kita di dunia ini.

b.      Kerasulan dalam Gereja (internal).
Karena gereja itu umat Allah, maka gereja harus sungguh-sungguh menjadi umat Allah. Ini adalah tugas membangun gereja. Tugas ini dapat disebut kerasulan internal. Tugas ini pada dasarnya lebih dipercayakan kepada golongan hierarki (kerasulan hierarkis), tetapi para awam dituntut pula untuk mengambil bagian di dalamnya.
Keterlibatan awam dalam tugas membangun gereja ini bukanlah karena awam menjadi perpanjangan tangan dari hierarki atau ditugaskan hierarki, tetapi oleh pembaptisan ia mendapat tugas itu dari Kristus. Awam hendaknya turut berpartusupasi dalam tri tugas gereja, yaitu:
·     Dalam tugas nabiah, pewartaan sabda seorang awam dapat:
~     Mengajar agama, sebagai katekis atau guru agama,
~     Memimpin kegiatan pendalaman kitab suci atau pendalaman iman dan sebagainya.
·     Dalam tugas imamiah, menguduskan seorang awam dapat:
~     Memimpin doa dalam pertemuan-pertemuan umat,
~     Memimpin koor atau nyanyian dalam ibadat,
~     Membagi komuni sebagai prodiakon,
~     Menjadi pelayan altar, dan sebagainya.
·     Dalam tugas gerejawi, memimpin atau melayani seorang awam dapat:
~     Menjadi anggota dewan paroki,
~     Menjadi ketua seksi atau wilayah, dan sebagainya.

  1. HUBUNGAN AWAM & HIERARKI GEREJA.
Setiap komponen gereja memiliki fungsi yang khas. Hierarki bertugas memimpin atau lebih tepatnya melayani dan mempersatukan seluruh umat Allah. Sedangkan para awam bertugas mengarahkan umat Allah kepada dunia yang akan datang.
Walaupun tiap komponen gereja memiliki fungsinya masing-masing, namun untuk bidang-bidang dan kegiatan tertentu, terlebih dalam kerasulan internal gereja yaitu membangun hidup menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerjasama dari semua komponen.
Dalam hal ini hendaknya hierarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Hierarki berperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan diantara sekian banyak tugas pelayanan. Secara struktural, susunan dan fungsi hierarki adalah sebagai berikut:
a.       Dewan Para Uskup.
Para Uskup adalah pengganti para rasul. Sedangkan Dewan Para Uskup adalah pengganti Dewan Para Rasul. Ketika Kristus mengangkat dua belas rasul, Ia membentuk mereka menjadi semacam dewan atau badan yang tetap. Jadi yang menjadi pimpinan gereja adalah Dewan Para Uskup. Seseorang menjadi Uskup karena diterima dalam dewan ini.

b.      Paus.
Konsili Vatikan II mengatakan bahwa Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul. Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus adalah pengganti Petrus yang memimpin para Uskup.
Selain sebagai pemimpin para rasul, Petrus juga adalah uskup Roma yang pertama. Jadi Paus sebagai pengganti Petrus, selain sebagai pemimpin para uskup dia juga merupakan uskup di Roma.

c.       Kardinal.
Kardinal adalah penasehat utama Paus. Ia membantu Paus terutama dalam reksa harian seluruh gereja.


d.      Uskup.
Pada dasarnya Paus adalah seorang Uskup. Seorang Uskup selalu berkarya dalam persekutuan dengan para Uskup lain dan dengan mengakui Paus sebagai kepala.
Tugas pokok Uskup di tempatnya sendiri adalah sebagai pemersatu. Tugas pemersatu ini selanjutnya dibagi menjadi tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan gereja, yaitu pewartan, perayaan, dan pelayanan.

e.       Pembantu Uskup: Para Imam & Diakon.
Dalam menjalankan tugasnya, para uskup memerlukan pembantu dan rekan kerja. Para Imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup.
 Sebagai rekan kerja para uskup, para Imam wajib mewartakan Injil Allah kepada semua orang dan mengusahakan supaya orang beriman masing-masing dibimbing dalam Roh Kudus guna menghayati panggilannya sendiri menurut injil, serta secara aktif mengamalkan cinta kasih yang jujur, dan hidup dalam kebebasan yang dikaruniakan oleh Kristus.
Selain para Imam, Uskup juga memerlukan rekan kerja yang bertugas dalam pelayanan, yaitu para Diakon. Maka, para Uskup memiliki dua pembantu, yaitu pembantu umum yang disebut Imam, dan pembantu khusus yang disebut Diakon.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MINERAL FELDSPAR

TAMBANG TERBUKA